Berikut ini disajikan sinopsis dari sebuah drama Korea berseri yang sempat digandrungi sekitar awal tahun 2000-an, Winter Sonata.
Episode 1 :
Adegan dibuka oleh gadis bernama Jung Yoo-jin yang berlari mengejar bis
sekolah. Dijalan, ia bertemu dengan sahabat masa kecilnya Sang-hyuk.
Mereka akhirnya berhasil mencegat bis penuh sesak tersebut, namun hanya
Yoo-jin yang berhasil masuk dalam posisi terjepit.
Setelah sepi, Yoo-jin akhirnya duduk disamping seorang siswa misterius
bernama Kang Joon-sang. Tanpa sadar, kepalanya bersandar pada pundak
pria itu. Kejadian inilah yang mengawali perkenalan keduanya. Ternyata,
Joon-sang adalah murid baru dari sekolah yang sama.
Karena terlambat, keduanya dihukum oleh guru sekolah galak yang terkenal
dengan julukan si Bunglon. Sifat Joon-sang yang pendiam membuatnya jadi
pembicaraan para siswi wanita, namun yang paling bernafsu adalah Oh
Chae-lin yang langsung menjadikan pria itu sebagai sasaran utama. Namun,
usahanya mendekati Joon-sang mendapat tanggapan dingin.
Di sekolah, Joon-sang akhirnya bergabung dengan klub radio sekolah
berkat bujukan dari Yoo-jin. Sang-hyuk yang berusaha menyodorkan
persahabatan ditolak dengan dingin olehnya, dan menjadi awal persaingan
keduanya kelak. Meski pendiam, Joon-sang ternyata memiliki banyak
keahlian, yang dibuktikannya ketika membetulkan radio sekolah saat
rusak.
Joon-sang ternyata menyimpan masa lalu yang misterius, tujuannya pindah
dari Seoul adalah mencari siapa ayah kandung yang selama ini
dirahasiakan ibunya. Satu-satunya petunjuk adalah sobekan foto lama sang
ibu yang diapit oleh dua orang pria sahabatnya, salah satunya ternyata
adalah ayah Sang-hyuk.
Keesokan harinya, Yoo-jin lagi-lagi terlambat masuk sekolah. Kali ini,
ia tidak ingin dihukum lagi oleh si Bunglon dan bersama Joon-sang,
memutuskan untuk menyelinap masuk dengan memanjat tembok sekolah.
Kejadian tersebut membuat hubungan keduanya berubah untuk selamanya.
Sebelum pergi dengan muka merah, Yoo-jin mengingatkan supaya Joon-sang
tidak telat untuk siaran siang.
Ternyata Joon-sang tidak datang tepat waktu, sehingga Yoo-jin sangat
kesal dan mengungkapkannya secara live-broadcast. Saat tiba di studio,
Joon-sang tersenyum melihat Yoo-jin menari-nari sendiri diiringi lagu
Dancing Queen. Begitu melihat Joon-sang, Yoo-jin langsung terjatuh
saking malunya.
Episode 2:
Keesokan harinya di sekolah, Joon-sang dan Yoo-jin diolok-olok oleh
teman-teman sekelas karena mereka sama-sama memakai plester untuk
menutup luka-luka yang mereka alami semalam sebelumnya, diiringi oleh
wajah masam Chae-lim dan pandangan aneh Sang-hyuk.
Untuk membalas kebaikan Joon-sang, Yoo-jin menawarkan diri untuk
mengajari pria itu bagaimana bermain piano tanpa tahu kalau Joon-sang
sudah sangat mahir. Di ruang musik, kepandaian Joon-sang memainkan
jarinya di tuts piano mempesona Yoo-jin, dan lagu The First Time menjadi
lagu tak terlupakan bagi mereka berdua.
Melihat Sang-hyuk melalui jendela ruangan, mendadak Joon-sang mengajak
Yoo-jin meninggalkan sekolah dan menghabiskan hari itu di sebuah tepi
danau yang indah. Disana, Joon-sang dan Yoo-jin bersepeda dibawah
suasana daun-daun yang berguguran. Untuk pertama kalinya pula, Yoo-jin
membiarkan seorang pria memegang tangannya.
Seperti yang sudah bisa ditebak, keesokan harinya mereka berdua langsung
dihukum oleh si Bunglon untuk membersihkan daun-daun di halaman sekolah
selama satu bulan. Di ruang siaran, Joon-sang membawa piringan hitam
berisi lagu The First Time yang disukai keduanya. Saat itu, Joon-sang
mengajak Yoo-jin kencan pada malam minggu, yang langsung diiyakan.
Curiga dengan gerak-gerik Joon-sang, Sang-hyuk membuntuti rekan
sekelasnya tersebut dan mendapatinya bertemu dengan sang ayah. Keesokan
harinya, Sang-hyuk langsung menghardik Joon-sang dan menuduhnya
mendekati Yoo-jin hanya untuk membuatnya kesal. Tepat saat Joon-sang
mengiyakan, Yoo-jin masuk dan mendengar semuanya.
Kejadian tersebut membuat hubungan keduanya langsung memburuk, dan
kencan pertama yang diidamkan gagal total. Sebagai gantinya, klub radio
sekolah mengadakan kemping yang diikuti oleh keenam anggotanya termasuk
Yoo-jin. Joon-sang yang semula menolak ikut akhirnya muncul pada saat
terakhir.
Episode 3:
Yoo-jin akhirnya berhasil ditemukan oleh Joon-sang, sementara Sang-hyuk
kembali dengan tangan kosong. Di tengah suasana rimba, Joon-sang
memberitahu Yoo-jin tentang bintang Polaris dan mengingatkan supaya
setiap kali tersesat didalam hutan, carilah selalu bintang Polaris yang
tidak pernah berpindah tempat. Keduanyapun kembali berbaikan.
Saat membersihkan halaman beberapa waktu kemudian, Yoo-jin menceritakan
pada Joon-sang tentang apa yang dilakukannya saat musim dingin tahun
lalu. Sementara itu Joon-sang mengungkapkan bahwa saat salju pertama
jatuh tahun ini, ia akan berkencan dengan seorang gadis.
Tepat saat musim salju tiba, Yoo-jin teringat akan ucapan Joon-sang dan
langsung menyusul Joon-sang ditepi danau yang mulai membeku. Keduanya
dengan gembira bermain di tengah salju, dan membuat orang-orangan. Di
tepi danau itu pula, untuk pertama kalinya Joon-sang dan Yoo-jin
berciuman.
Joon-sang mengantar Yoo-jin sampai didepan rumahnya, dan dititipkan
sepasang sarung tangan sambil mengatakan supaya Joon-sang
mengembalikannya saat mereka bertemu lagi pada malam Tahun Baru.
Tidak hanya itu, Yoo-jin juga mengundangnya masuk untuk makan malam bersama.
Saat sedang melihat-lihat foto, Joon-sang terkejut melihat foto ibunya
yang sedang bergandengan dengan ayah Yoo-jin. Ia mengira kalau itulah
ayah kandungnya, dan langsung lari keluar rumah dengan perasaan hancur.
Joon-sang langsung menyetujui tawaran ibunya untuk bersekolah di luar
negeri tanpa berpamitan lebih dulu dengan Yoo-jin.
Saat menuju bandara, Joon-sang yang merogoh kantong jasnya tiba-tiba
teringat akan janjinya mengembalikan sarung tangan milik Yoo-jin. Ia
langsung turun dari taksi dan berlari ke tempat Yoo-jin menunggu. Saat
sedang menyeberang jalan, tiba-tiba sebuah truk melintas dengan kencang.
Ingatan terakhir pria itu adalah Yoo-jin yang sangat dicintainya……
Episode 4:
Chae-lim sama sekali tidak tahu betapa menderitanya Yoo-jin. Saat tiba
dirumah, ia menerima hadiah Natal yang datang terlambat dari Joon-sang.
Isi kado tersebut ternyata adalah kaset berisi rekaman lagu The First
Time yang dimainkan oleh Joon-sang sendiri disertai ucapan selamat
Natal. Begitu mendengar lagu tersebut, pertahanannya langsung jebol dan
menangis sesunggukan.
Tak terasa, sepuluh tahun telah berlalu sejak peristiwa tragis itu.
Yoo-jin yang telah menjadi arsitek membuka perusahaan konsultan bernama
Polaris, sahabatnya Kong Jin-suk yang belum bekerja tinggal bersamanya
dalam sebuah kamar. Ia juga bertunangan dengan Sang-hyuk yang bekerja di
sebuah stasiun radio, sementara sahabatnya Kwon Yong-yuk menjadi
seorang dokter hewan.
Perusahaan Yoo-jin terlibat sebuah proyek tempat ski bersama perusahaan
Marcian, yang baru saja kedatangan bos baru. Saat berkunjung ke kantor
perusahaan tersebut, Yoo-jin memungut sebuah puzzle yang terjatuh.
Malamnya, Yoo-jin kembali terlambat datang ke pesta pertunangan yang
ditujukan untuknya dan Sang-hyuk.
Saat sedang berjalan terburu-buru, ia terkejut setengah mati melihat
pemandangan dihadapannya. Seorang pria berkacamata nampak berjalan
kearahnya dengan senyum mengembang sambil menyaksikan hujan salju yang
turun, wajah pria itu sangat mirip dengan Joon-sang. Yoo-jin langsung
lupa akan tujuannya semula, dan menghabiskan malam itu untuk mengejar
pria tersebut.
Semua yang sudah hadir di pesta pertunangan sudah pulang ketika Yoo-jin
tiba di tempat itu dalam keadaan lesu. Ibu Sang-hyuk yang marah langsung
pergi, dan tak lama kemudian Yoo-jin langsung pingsan. Saat sadar,
ibunya memarahi dan menyuruhnya untuk datang ke rumah Sang-hyuk dan
minta maaf.
Permintaan maaf tersebut nyatanya tidak bisa diterima begitu saja oleh
ibu Sang-hyuk, namun pria itu maklum dengan keadaan Yoo-jin dan sama
sekali tidak menanyakan apa yang terjadi malam itu. Saat tiba di rumah,
Yoo-jin mendengarkan kaset pemberian Joon-sang 10 tahun silam dan mulai
mencorat-coret kertas. Kertas tersebut akhirnya ditemukan secara tidak
sengaja oleh Sang-hyuk.
Episode 5:
Semua terutama Yoo-jin terdiam ketika mendengar alunan lagu The First
Time yang diputar di ruangan siaran. Keheningan tersebut pecah oleh
suara ketukan pintu, yang diikuti oleh kemunculan seorang pria yang
langsung membuat semuanya terkejut. Pria itu sangat mirip dengan
Joon-sang yang telah tewas sepuluh tahun silam.
Tersenyum senang melihat keterkejutan mereka, Chae-lim memperkenalkan
pria itu sebagai pacarnya yang bernama Lee Min-hyeong. Semuanya hanya
bisa menatap kosong ketika pria itu memperkenalkan dirinya, yang
kemudian digandeng Chae-lim yang berpamitan.
Pukulan bagi Yoo-jin tidak hanya sampai disitu. Ketika kembali ke kantor
kliennya Marcian, ia melihat lukisan dengan satu puzzle yang hilang. Ia
teringat dengan puzzle yang ditemukannya, dan langsung memasangkannya
ke lukisan tersebut. Mendadak Min-hyeong muncul dari arah belakang, pria
itu ternyata adalah direktur Marcian yang baru.
Pertemuannya kembali dengan Min-hyeong membuat Yoo-jin sangat terpukul,
tangannya tak henti bergetar dan matanya tidak bisa melepaskan pandangan
dari pria itu. Sadar kalau dirinya diperhatikan, sambil bercanda
Min-hyeong bertanya apakah menatap seorang asing adalah kebiasaan
Yoo-jin. Gadis itu langsung berlari keluar sambil mengucurkan air mata.
Yoo-jin langsung berinisiatif menemui Chae-lim untuk menanyakan tentang
Min-hyeong, yang dijawab dengan ketus bahwa ia sama sekali tidak
memiliki hubungan dengan Joon-sang. Setelah kejadian tersebut, Yoo-jin
berusaha menghindar dari Min-hyeong, namun yang terjadi malah
sebaliknya.
Proposal yang diajukan Polaris akhirnya disetujui oleh pihak Marcian,
namun dengan syarat bahwa Yoo-jin ditunjuk sebagai pimpinan proyek
tersebut. Dengan berat hati, Yoo-jin akhirnya menyetujui permintaan
tersebut.
Episode 6:
Saat malam tiba, Min-hyeong dan Yoo-jin mendatangi rumah kosong yang
rencananya akan dijadikan restoran bagi tempat peristirahatan musim
dingin yang sedang dibangun. Saat menyalakan api, pria itu sambil
berkelakar mengatakan itulah pertama kalinya dirinya tidak disukai
seorang wanita.
Ucapan tersebut langsung menusuk hati Yoo-jin, yang selalu membayangkan
Joon-sang setiap kali menatap Min-hyeong. Dengan suara terbata-bata, ia
terus menanyakan benarkah atasannya tersebut sama sekali tidak pernah
menginjakkan kakinya di Korea. Obrolan mereka terputus oleh kehadiran
Chae-lim.
Ketiganya akhirnya berpisah, Min-hyeong pulang bersama Chae-lim. Saat
mereka berdua di bar, dengan akal bulusnya gadis tersebut meminta
Min-hyeong untuk berhati-hati dengan Yoo-jin, karena ia dianggap
berpura-pura baik untuk memikat pria itu. Sementara itu, Sang-hyuk
mendapat bukti bahwa Yoo-jin tidak sepenuhnya jujur.
Saat gadis itu tiba, Sang-hyuk mengajaknya untuk meluangkan waktu sehari
untuk mereka berdua. Sayangnya, rencana mereka untuk menonton bioskop
keesokan harinya gagal karena semua tiket habis. Keadaan semakin runyam
saat keduanya bertemu dengan pegawai Marcian.
Di perjalanan pulang, Sang-hyuk menanyakan apakah Yoo-jin menyimpan
sesuatu darinya, yang langsung dibantah. Namun rahasia tersebut tidak
bertahan lama, Chae-lim mendatangi kantor Sang-hyuk dan meminta waktu
untuk makan malam bersama. Saat acara tersebut, ia dengan sengaja
membeberkan bahwa Yoo-jin dan Min-hyeong bekerja sama dalam sebuah p
proyek.
Tidak hanya itu, sambil mencucurkan air mata di perjalan pulang,
Chae-lim mengatakan bahwa Yoo-jin sejak masa sekolah selalu mencuri
pria-pria yang disukainya. Perkataannya sudah tentu membuat Min-hyeong
merasa bingung. Di tempat lain, kemarahan Sang-hyuk membuat Yoo-jin
berpikir untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya.
Episode 7:
Keputusan tersebut sudah tentu mengejutkan Chae-lim, yang sama sekali
tidak menduga Sang-hyuk akan berkata seperti itu. Namun ia tidak
menyerah, strategi berikutnya adalah merekrut Jin-suk sebagai pegawai
dengan harapan bisa mengorek tentang kegiatan Yoo-jin.
Jin-suk yang polos tidak mengetahui akal bulus Chae-lim tersebut, dan
langsung meluapkan kegembiraannya dengan mengajak tiga sekawan untuk
makan malam bersama. Dalam keadaan mabuk, ia berteriak-teriak dan
meminta supaya Yoo-jin tidak meneruskan kerjanya bersama Min-hyeong.
Keesokan harinya, Marcian berencana mengadakan pesta. Dengan sengaja,
Chae-lim memberi Hin-suk pakaian yang diberikan Min-hyeong kepadanya,
sementara ia sendiri juga mengenakan pakaian yang sama pada saat pesta.
Min-hyeong begitu terkejut saat Yoo-jin muncul, ia mulai percaya pada
perkataan Chae-lim.
Kecurigaan tersebut semakin kentara setelah Min-hyeong melihat foto
hasil jepretan Yoo-jin yang sebagian besar ternyata berisi gambar
dirinya. Dalam kegalauannya, Min-hyeong mengiyakan ajakan seniornya
untuk minum di pub.
Dasar nasib, disana ia malah bertemu Yoo-jin dan seniornya.
Obrolan keempatnya berlangsung seru, dan akhirnya mereka bermain putar
botol, orang yang duduknya sesuai dengan arah kepala botol diminta untuk
menceritakan tentang kehidupan cinta mereka atau minum satu gelas. Saat
kena giliran, Yoo-jin menolak untuk buka mulut.
Penolakan tersebut langsung disambut oleh sindiran Min-hyeong yang
menyebut kisah cinta Yoo-jin mungkin terlalu banyak untuk disebut
satu-persatu. Yoo-jin akhirnya mabuk berat, dan terus meracau dengan
menanyakan hal-hal yang pernah ditanyakannya pada Joon-sang sepuluh
tahun silam. Tidak hanya itu, Min-hyong juga disebut mirip dengan
Joon-sang.
Episode 8:
Mabuk Yoo-jin mendadak hilang saat melihat dengan samar-samar Min-hyeong
melepas kacamatanya, sehingga sosoknya serupa dengan Joon-sang. Ia
langsung memanggil pria itu mendekat, dan terus memanggil-manggil nama
Joon-sang. Begitu Yoo-jin memeluknya, Min-hyeong langsung teringat
dengan perkataan Chae-lim.
Saat keduanya nyaris berciuman, Min-hyeong langsung mengucapkan
perkataan yang membuat Yoo-jin sakit hati. Rupanya, pria tersebut
menganggap hal itu hanyalah salah satu akal bulus Yoo-jin untuk
mendekatinya. Gadis itu langsung berlari meninggalkan apartemen
Min-hyeong dengan berurai air mata.
Di restoran tempat peristirahatan musim dingin, Min-hyeong yang sedang
diramal memperoleh kartu Wheel of Fortune di tiga kesempatannya. wanita
yang meramal menyebutkan bahwa jodoh pria itu adalah wanita yang
memiliki kartu yang sama. Min-hyeong tentu saja tidak mempercayai ucapan
wanita itu.
Ia berusaha mengorek masa lalu Yoo-jin melalui senior gadis itu, dan
menyebutkan kalau Yoo-jin pastilah seorang wanita yang telah memiliki
banyak pacar. Ucapan tersebut dimentahkan oleh keterangan sang senior,
yang menyebut Yoo-jin sebagai gadis yang setia dan tidak pernah berganti
pacar. Min-hyeong kembali bingung.
Saat makan malam, salah seorang pekerja di tempat peristirahatan berulah
dengan menyebut dirinya tidak sudi diperintah oleh gadis muda seperti
Yoo-jin. Hal tersebut ternyata hanya lelucon belaka, pria setengah baya
tersebut telah mengenal Yoo-jin sejak lama. Dari pria itu pula
Min-hyeong mengetahui kalau Yoo-jin tidak kuat minum.
Belakangan, Marcian memutuskan untuk memecat pria tua itu karena nyaris
menyebabkan kebakaran. Yoo-jin yang tidak setuju langsung menghadap
Min-hyeong, dan keduanya berdebat. Yoo-jin memberi alasan bahwa pria itu
mabuk karena hari tersebut adalah perayaan ulang tahun kematian
istrinya, namun Min-hyeong tidak setuju hal tersebut digunakan sebagai
alasan.
Min-hyeong menyebut bahwa hadiah terbaik bagi orang yang telah meninggal
adalah melupakannya, sementara Yoo-jin menyebut bahwa Min-hyeong sama
sekali belum pernah merasakan cinta sejati sehingga tidak tahu
penderitaan pria tua itu. Di kamar, mereka memikirkan perkataan
masing-masing.
Episode 9:
Saat mendatangi butik, tanpa sengaja Min-hyeong menguping pembicaraan
Jin-suk dan Chae-lim dan mendengar tentang Joon-sang. Sat Chae-lim
pergi, ia muncul dan menanyakan pada Jin-suk tentang Joon-sang.
Ternyata, selama ini Yoo-jin tidak berbohong.
Belakangan, Chae-lim tahu kalau Min-hyeong sudah mengetahui
kebohongannya karena kepolosan Jin-suk. Di hotel, Min-hyeong yang ingin
minta maaf pada Yoo-jin mengurungkan niatnya karena melihat gadis
tersebut sedang dikunjungi tunangannya Sang-hyuk.
Keesokan harinya, ia kembali bertemu Yoo-jin, yang berterima kasih
karena Min-hyeong tidak jadi memecat pekerjanya. Saat beranjak pergi,
Yoo-jin menjatuhkan kartu tarot yang disimpannya. Min-hyeong yang
memungut kartu tersebut terkejut saat melihat gambarnya, dan bertepatan
dengan itu, balok yang berada didekatnya jatuh. Tanpa pikir panjang,
Yoo-jin langsung mendorongnya.
Kejadian tersebut membuat Yoo-jin terluka dan tidak sadarkan diri
sehingga harus dibawa ke rumah sakit. Begitu mendengar berita tersebut,
Sang-hyuk langsung ke rumah sakit dan nyaris saja memukul Min-hyeong
yang dianggap sebagai biang keladi kejadian yang menimpa Yoo-jin, namun
belakangan ia minta maaf.
Di hotel, Min-hyeong dengan penuh rasa kecewa menanyakan pada Chae-lim
alasannya menceritakan hal-hal buruk tentang Yoo-jin. Permintaan maaf
gadis itu tidak dihiraukan Min-hyeong, yang meminta Chae-lim tidak
menemuinya lagi. Saat Yoo-jin keluar dari rumah sakit, Mi-hyeong
langsung menyambutnya dengan karangan bunga.
Keduanya langsung pergi dengan mobil, namun di tengah perjalanan mobil
tersebut berhenti. Di sebuah taman, Min-hyeong meminta maaf karena telah
sangka dengan Yoo-jin dan menawarkan supaya keduanya berkenalan dari
awal untuk menghapus semua salah paham. Ia juga meminta Yoo-jin untuk
tidak lagi menganggapnya sebagai Joon-sang.
Sang-hyuk bertindak nekat dan meminta kedua orangtuanya untuk
mempercepat pernikahannya dengan Yoo-jin. Sang ibu tentu saja tidak
setuju, namun keberatan tersebut tidak dihiraukan. Tidak hanya itu,
Sang-hyuk juga mengusulkan supaya stasiun radio tempatnya bekerja
mengadakan acara di tempat Yoo-jin bekerja. Alasannya, apalagi supaya ia
bisa berdekatan dengan tunangannya.
Episode 10:
Keduanya disambut oleh adik Yoo-jin, yang langsung menyangka Min-hyeong
sebagai Joon-sang. Saat Yoo-jin kekamar ibunya, Min-hyeong menanyakan
seputar kenangan dengan Joon-sang pada adiknya. Dari situ ia tahu
tentang danau yang pernah jadi saksi kebersamaan Yoo-jin dan Joon Sang.
Saat perjalanan pulang, mendadak Min-hyeong membelokkan mobilnya ke
daerah danau tersebut dan mengajak Yoo-jin berjalan-jalan di hutan.
Kenangan terhadap Joon-sang kembali muncul, sayang kali ini yang ada
disebelahnya adalah Min-hyeong. Yoo-jin berusaha menyembunyikan air
matanya dengan topi dari jaket yang dipakainya.
Saat berjalan bersama, Yoo-jin menceritakan tentang kisah pria yang
tinggal di dunia bayangan yang didengarnya dari Joon-sang. Min-hyeong
mengajak Yoo-jin ke tepi danau, dan mengatakan bahwa apa yang dilakukan
gadis itu sama dengan pria yang tinggal di dunia bayangan tersebut.
Kejadian yang mereka alami bersama membuat Min-hyeong mulai jatuh cinta
pada Yoo-jin. Saat berada di dekat sebuah piano, tanpa sadar
jari-jarinya mulai menekan tuts dan memainkan lagu The First Time,
padahal ia sebenarnya tidak pernah bermain piano.
Keesokan harinya, Yoo-jin dan Min-hyeong melakukan inspeksi ke tempat
peristirahatan musim dingin yang sedang dibangun. Saat hendak pulang,
kereta gantung yang mereka tumpangi tidak beroperasi karena cuaca buruk
sehingga keduanya harus menginap. Di dalam sebuah ruangan, Yoo-jin
perlahan mencopot kaca mata Min-hyeong yang tertidur.
Min-hyeong langsung terbangun dan meminta Yoo-jin untuk tidak lagi
mencintai pria yang sudah meninggal. Saat ditanya kenapa, dengan tegas
pria itu menjawab kalau dirinya telah mencintai Yoo-jin. Ucapan tersebut
membuat Yoo-jin kaget, dan langsung keluar ruangan menembus cuaca
buruk.
Min-hyeong yang terus menunggu mulai kuatir dan memutuskan untuk
menyusul Yoo-jin. Setelah kesana-kemari tidak mendapatkan hasil, ia
menemukan Yoo-jin tertidur di sudut ruangan lain. Paginya di luar,
Min-hyeong menanyakan siapa pria yang dicintai Yoo-jin bertepatan dengan
munculnya Sang-hyuk.
Episode 11:
Di Seoul, Yoo-jin berhasil menemukan Sang-hyuk di tempat kerjanya. Ia
berusaha membujuk tunangannya tersebut, namun Sang-hyuk masih kesal dan
tidak memperdulikan ajakan untuk makan malam. Belakangan, Sang-hyuk
menyesal dan berbicara di telepon genggamnya untuk minta maaf dan
menyatakan senang bisa bertemu Yoo-jin.
Di tempat ski, Yoo-jin berbohong dan mengatakan kalau dirinya telah
berbaikan kepada Min-hyeong. Namun ekspresi wajahnya tidak bisa
ditutupi, Min-hyeong langsung mengajaknya ke lapangan terbuka dan
meminta Yoo-jin untuk melepaskan kesedihannya disana. Saat Min-hyeong
pergi, air mata Yoo-jin langsung berderai.
Dikantornya, Min-hyeong mengatakan pada Chae-lim bahwa hubungan mereka
telah berakhir. Meski telah memohon, namun pria itu tetap pada
keputusannya. Chae-lim mendatangi rumah orang tua Sang-hyuk dan
mengatakan bahwa anak mereka mulai kuatir dengan hubungan antara Yoo-jin
dengan Min-hyeong.
Saat diundang makan malam bersama keluarga, Yoo-jin disambut oleh sikap
dingin ibu Sang-hyuk, yang menanyakan seputar gosip hubungannya dengan
Min-hyeong. Sang-hyuk langsung membela Yoo-jin, dan dibalas oleh
tamparan dari ibunya. Dengan perasaan kesal, ia langsung pergi
meninggalkan rumah bersama Yoo-jin.
Sang-hyuk memesan kamar di sebuah hotel, dan meminta Yoo-jin
menemaninya. Saat tunangannya ke kamar mandi, mendadak telepon genggam
gadis itu berbunyi. Melihat yang menelepon Min-hyeong, Sang-hyuk
langsung marah-marah. Yoo-jin yang belakangan muncul tidak suka dengan
sikapnya, dan berusaha keluar. Namun Sang-hyuk dengan kasar langsung
menciumnya.
Episode 12:
Dari Seoul, Min-hyeong kembali mengemudikan mobilnya menuju ke tempat
ski es dengan Yoo-jin tertidur lelap disampingnya. Tindakannya mengelus
rambut Yoo-jin membuat gadis itu terbangun. Saat Min-hyeong membeli
kopi, Yoo-jin telah pergi dan meninggalkan sepucuk surat ucapan terima
kasih.
Keesokan malamnya, Yoo-jin berjalan-jalan di lapangan sambil memikirkan
perasaannya terhadap Min-hyeong. Diam-diam, Min-hyeong mendekatinya
sambil memasangkan syal kepada gadis itu. Awalnya Yoo-jin menolak, namun
Min-hyeong tetap memaksa sambil mengingatkan bahwa setiap orang harus
mengambil keputusan penting dalam hidupnya.
Yoo-jin akhirnya bertemu kembali dengan Sang-hyuk di sebuah kedai kopi,
dan disana ia menyatakan keinginannya untuk membatalkan pertunangan
mereka. Ia berharap supaya hubungan keduanya bisa seperti masa lalu
yaitu sebagai teman, yang langsung ditolak oleh Sang-hyuk, yang balik
menuduh bahwa semua itu disebabkan oleh Min-hyeong.
Setelah berpikir lama, Yoo-jin menemui Min-hyeong untuk menjelaskan
keputusan yang telah diambilnya. Ia tidak ingin menjalin hubungan khusus
dengan Min-hyeong dan Sang-hyuk karena hal itu hanya akan menyakiti
keduanya, keputusan yang ditentang Min-hyeong yang menyebut hal tersebut
sebagai pertanda pasrah.
Sang-hyuk yang sedang mempersiapkan acara untuk stasiun radionya datang
ke tempat ski es untuk menemui Min-hyeong, dan memberitahu bahwa Yoo-jin
tidak akan meninggalkannya. Kedua pria ini mulai bersaing memperebutkan
hati Yoojin, namun di depan orang Sang-hyuk berpura-pura bahwa
hubungannya dengan sang tunangan baik-baik saja, bahkan mereka berencana
untuk menikah.
Di luar ruangan, Yoo-jin menjelaskan bahwa dirinya tetap tidak ingin
menikah namun Sang-hyuk tidak perduli lagi. Saat keduanya bertengkar,
Min-hyeong mendadak muncul dan meminta Sang-hyuk untuk tidak mengganggu
Yoo-jin lagi. Tidak hanya itu, ia meminta Yoo-jin untuk pergi lebih dulu
dari tempat itu.
Ucapan tersebut membuat Sang-hyuk marah, dan langsung mencengkram kerah
baju Min-hyeong. Bukannya takut, pria itu malah menantang Sang-hyuk
dengan kata-kata yang sangat mirip diucapkan Joon-sang sepuluh tahun
silam saat keduanya nyaris bertengkar di lapangan voli.
Episode 13:
Orang tua Sang-hyuk akhirnya tiba di lokasi ski es dan terkejut melihat
Min-hyeong, ayahnya malah mengira pria itu sebagai Joon-sang. Saat
konser dimulai, ibu Sang-hyuk keluar untuk mengambil dompetnya yang
tertinggal. Di luar, ia melihat Yoo-jin mengikatkan syal ke leher
Min-hyeong.
Konser di tempat ski es berlangsung sukses. Yoo-jin yang berusaha
menyelinap keluar mendadak dipanggil ke tengah panggung bersama
Sang-hyuk. Disana, pria itu mengumumkan akan menikahi Yoo-jin dalam
kurun waktu sebulan, yang langsung disambut oleh tepuk tangan hadirin.
Setelah acara tersebut, keluarga Yoo-jin dan Sang-hyuk berkumpul untuk
membicarakan pengumuman mengejutkan tersebut. Ibu Sang-hyuk tetap
bersikeras tidak ingin menikahkan anaknya dengan Yoo-jin, dan balik
bertanya apakah gadis itu benar-benar mencintai anaknya.
Dari arah belakang, Min-hyeong muncul dan meminta supaya wanita setengah
baya tersebut tidak memarahi Yoo-jin. Keadaan mulai panas, Sang-hyuk
mulai naik pitam dan Yoo-jin menangis. Ia akhirnya menyatakan bahwa
dirinya tidak bisa menikahi Sang-hyuk, dan langsung berlari keluar.
Min-hyeong langsung mengejarnya, disusul Sang-hyuk. Sayang, ia terlambat
karena Yoo-jin telah naik mobil bersama Min-hyeong dan melaju ke sebuah
tempat yang ternyata adalah rumah pria itu. Saat membuka pintu rumah,
ia terkejut melihat ibunya Kang Mi-hee ada didalam.
Saat mengobrol, Min-hyeong menceritakan pada Yoo-jin tentang sebuah
sungai yang terletak tidak jauh dari tempat mereka tinggal. Mi-hee
langsung mengingatkan anaknya supaya tidak dekat-dekat dengan lokasi
tersebut, karena dirinya pernah nyaris tenggelam disana. Padahal seingat
Min-hyeong, kejadian tersebut terjadi saat dirinya baru berusia 7 tahun
di Amerika sana.
Begitu masuk kedalam, Yoo-jin telah disambut oleh sang ibu yang telah
menunggu di kursi. Wanita setengah baya itu mengingatkan putrinya bahwa
Sang-hyuk adalah seorang pria yang baik dan tidak sepantasnya Yoo-jin
memperlakukannya seperti itu.
Dengan berat hati, Yoo-jin mengatakan bahwa ia tidak mencintai
Sang-hyuk. Hal itu membuat ibunya kecewa dan marah, kemudian memutuskan
untuk meninggalkan apartemen anaknya. Belakangan, giliran Sang-hyuk yang
disertai Jin-suk dan Yong-kuk datang meminta penjelasan dari Yoo-jin.
Pria itu juga bertanya apa yang membuatnya bisa jatuh cinta pada
Min-hyeong.
Tiba-tiba Yoo-jin teringat dengan ucapan Min-hyeong sebelumnya yang
mengatakan bahwa mencintai seseorang tidak butuh alasan, ucapan tersebut
sama persis dengan apa yang dirasakannya saat itu. Dengan penuh
kekecewaan Sang-hyuk pergi, dan mengatakan bahwa dirinya tidak akan
pernah memaafkan Yoo-jin. Jin-suk yang membela Sang-hyuk memutuskan
untuk pindah ke tempat Chae-lim.
Min-hyeong sendiri langsung bertolak ke hotel untuk menemui ibunya
Mi-hee. Wajahnya yang sendu membuat sang ibu menanyakan mengenai gadis
yang sempat dilihatnya yaitu Yoo-jin, yang dibalas bahwa gadis itu
mencintai seseorang yang telah mati namun mirip dengan Min-hyeong.
Ucapan tersebut membuat Mi-hee menjatuhkan cangkirnya.
Keesokan harinya, Min-hyeong memutuskan untuk menjemput Yoo-jin, yang
kemudian dilihatnya berjalan sendirian ditaman. Menyusul dari belakang,
gadis itu melihatnya dan tersenyum. Min-hyeong kemudian memberikan
seuntai kalung polaris yang disembunyikan di dalam bola salju, dan
Yoo-jin membalasnya dengan menempelkan stiker bergambar bintang polaris
di mobil pria itu.
Kebahagiaan tersebut tidak bertahan lama, Lung-kok menelepon untuk
memberitahu bahwa Sang-hyuk masuk rumah sakit karena menolak makan dan
minum dan meminta gadis itu untuk menjenguk. Belakangan, ibu Sang-hyuk
juga mendatanginya, namun Yoo-jin tetap menolak untuk datang ke rumah
sakit.
Kabar tersebut akhirnya terdengar Min-hyeong, yang memutuskan mengantar
Yoo-jin ke rumah sakit karena ia tahu betul watak gadis itu. Ia
menyatakan akan menunggu Yoo-jin kembali, sama seperti bintang polaris
yang akan membantu mereka yang tersesat.
Sang-hyuk yang terbangun oleh kehadiran Yoo-jin menolak untuk menerima
permintaan maaf, dan meminta gadis itu pergi. Begitu Yoo-jin keluar, tim
dokter langsung masuk memeriksa kondisi pria malang itu yang berusaha
mencabut infusnya. Yoo-jin langsung menangis melihat kenekatan
sang-hyuk. Diluar, Min-hyeong yang terus menunggu sadar kalau Yoo-jin
tidak akan kembali kesisinya
Episode 14:
Saat bertemu kedua orang tuanya, Sang-hyuk menyatakan niatnya mengajak
Yoo-jin untuk belajar di luar negeri. Meski terkejut, namun gadis itu
hanya diam saja. Saat dirumah, ia menceritakan kejadian tersebut pada
ibunya. Seperti yang sudah diduga, sang ibu mendukung keputusan
tersebut.
Dihadapan ibunya, Yoo-jin akhirnya mencetuskan harapannya untuk tidak
menikah dengan Sang-hyuk karena ia masih belum bisa melupakan Joon-sang.
Beban pikirannya sangat berat, sampai-sampai ia menangis di pundak sang
ibu yang hanya bisa termenung memikirkan nasib anaknya yang
dipermainkan takdir.
Masalah yang rumit membuat Min-hyeong meminta ijin cuti pada kantornya
selama beberapa hari. Saat sedang bersantai di pinggir danau, ia
mendengar cerita seorang pria setengah baya tentang seorang anak
laki-laki yang hampir tenggelam disana 20 tahun lalu. Ia sangat terkejut
saat mendengar anak tersebut bernama Joon-sang, mengingat daerah itu
adalah milik pribadi ibunya.
Di tempat lain, Sang-hyuk ditugaskan oleh kantornya untuk mewawancarai
Mi-hee yang adalah pianis terkenal. Saat datang ke konser, ia mendapati
ayahnya Kim Jin-woo disana. Ternyata, sang ayah dan Mi-hee bersahabat
baik semasa sekolah. Dari Jin-woo pula Mi-hee mendengar kabar kalau pria
yang disayanginya yaitu ayah Yoo-jin telah meninggal.
Kenyataan tersebut memukul perasaan Mi-hee, yang pingsan setelah konser
selesai. Ia dipapah oleh Min-hyeong yang kebetulan hendak menemui sang
ibu. Saat bertemu dokter pribadi keluarga, Min-hyeong yang masih
penasaran bertanya tentang masa lalunya. Dokter tua tersebut dengan
sikap aneh menegaskan bahwa pria itu dibesarkan di Amerika.
Dalam keadaan kalut, Min-hyeong mulai minum-minum. Larangan Chae-lim
tidak diperdulikannya, ia berusaha menemui Yoo-jin namun mengurungkan
niatnya setelah melihat Sang-hyuk ada disana. Saat ibunya sadar,
Min-hyeong kembali menanyakan Joon-sang, namun Mi-hee mengatakan tidak
mengenal nama itu.
Atas permintaan Chae-lim, Yoo-jin akhirnya menemui Min-hyeong. Sayangnya
kejadian tersebut dipergoki oleh Sang-hyuk dari kejauhan. Gadis itu
mengembalikan kalung polaris yang diberikan Min-hyeong, kemudian pergi
meninggalkan pria itu yang masih terus menggenggam kalung polaris
kesukaan Yoo-jin.
Saat malam tiba, Yoo-jin yang dijemput oleh Sang-hyuk ditelepon oleh
seniornya untuk diajak minum-minum. Mendengar Min-hyeong tidak ada
disana, Sang-hyuk akhirnya setuju mampir. Namun saat tiba disana, pria
berkacamata tersebut terlihat sedang duduk sambil minum.
Kesalahpahamanpun kembali terjadi, Sang-hyuk menuduh Yoo-jin berbohong
dan langsung meninggalkannya sendirian tanpa mau mendengar penjelasan.
Saat sedang berusaha menyetop taksi, Yoo-jin nyaris saja tersambar taksi
kalau saja Min-hyeong tidak muncul dan menarik tubuhnya.
Saat tiba dirumah, Sang-hyuk sudah menantinya dan meminta maaf. Keduanya
kembali berbaikan. Ditempat lain, ucapan seniornya bahwa ia mungkin
lupa kalau mahir main piano membuat Min-hyeong mulai curiga dirinya
mengalami amnesia tentang masa lalunya.
Saat sedang berziarah kemakam ayahnya, Yoo-jin yang datang bersama
Sang-hyuk tidak sadar kalau Mi-hee baru saja mendatangi tempat itu. Saat
pulang, Yoo-jin melihat poster Mi-hee di mobil Sang-hyuk dan
menyebutkan kalau wanita itu adalah ibu Min-hyeong. Sang-hyuk yang
terkejut langsung membalikkan arah mobilnya ke Chuan Chun, dan meminta
Yoo-jin turun di tengah jalan.
Kemana Sang-hyuk pergi? Ternyata ia menuju sekolah SMU-nya dulu untuk
memeriksa data pribadi Joon-sang. Benar dugaannya, Mi-hee adalah ibu
kandung Joon-sang. Yang lebih mengejutkan lagi, ia mendapat kabar kalau
ada orang lain yang telah terlebih dahulu memeriksa data tersebut.
Yoo-jimn yang kesepian memutuskan untuk pergi ke taman di pinggir danau
dengan bis, tanpa sengaja ia bertemu dengan Min-hyeong yang nampak kalut
disana. Belum sempat berbicara banyak, Sang-hyuk telah muncul dan
langsung mengajak Yoo-jin pergi.
Beberapa saat sebelumnya, Min-hyeong rupanya telah mengunjungi rumah
yang pernah ditinggali Joon-sang. Disana, ia bertemu dengan ibunya
Mi-hee. Kecurigaan bahwa dirinya adalah Joon-sang semakin kuat, apalagi
setelah wanita itu memanggilnya dengan nama tersebut sambil meminta
maaf. Tanpa banyak bicara, Min-hyeong langsung berlari meninggalkan
tempat tersebut.
Episode 15:
Untuk memastikan kecurigaannya, Sang-hyuk mendatangi kantor Min-hyeong
namun disana malah bertemu Chae-lim. Gadis itu curiga akan sikap
sahabatnya yang tidak seperti biasanya, namun Sang-hyuk tidak
memberitahu bahwa Min-hyeong adalah Joon-sang.
Joon-sang akhirnya berhasil menemukan Joon-sang di luar apartemennya,
namun saat dipanggil dengan nama Min-hyeong, ia tidak menoleh. Apa yang
ditakutkan Sang-hyuk menjadi kenyataan, Joon-sang baru menoleh ketika
nama aslinya dipanggil, yang berarti ia telah mengetahui masa lalunya
sebagai pacar Yoo-jin.
Saat keduanya mengobrol, Sang-hyuk meminta Joon-sang agar tidak
membeberkan kejadian sebenarnya pada Yoo-jin karena hanya akan membuat
gadis itu shock. Sang-hyuk juga mengingatkan ucapan rivalnya tersebut 10
tahun silam yang mengatakan mendekati Yoo-jin hanya untuk membuatnya
kesal. Joon-sang hanya tertegun, karena ia tidak ingat masa lalunya sama
sekali.
Di hadapan Jin-suk, Yoo-jin mengakui bahwa salah satu alasan mengapa ia
menyukai Min-hyeong meski karakternya berbeda dengan Joon-sang adalah
kemiripan mereka. Selain itu, hatinya juga merasakan getaran yang sama
dengan apa yang dirasakannya 10 tahu silam saat Joon-sang masih hidup.
Joon-sang mendengar akan ada pertemuan dengan teman-teman SMU-nya saat
bertemu Chae-lim sehingga ia memaksa ikut. Di restoran, Joon-sang
menanyakan tentang masa lalunya dan terakhir mengutarakan kemungkinan
kalau Min-hyeong adalah Joon-sang. Ucapan tersebut membuat semua yang
hadir terdiam, saat itu Yoo-jin belum hadir. Joon-sang akhirnya
memutuskan untuk pergi dari restoran.
Saat keluar, ia berpapasan dengan Yoo-jin yang baru mau masuk ke dalam
restoran. Ia langsung menarik gadis itu dan mengutarakan, dalam keadaan
bingung, bahwa dirinya adalah Joon-sang, dan Yoo-jin tentu saja tidak
percaya. Bersamaan dengan itu, Sang-hyuk muncul dan berusaha menarik
Yoo-jin, namun ia malah dipukul Joon-sang.
Melihat perubahan sifat pria yang pernah dicintainya itu, Yoo-jin marah
dan langsung mengajak Sang-hyuk pergi dengan menumpang taksi. Didalam
taksi, Sang-hyuk meminta Yoo-jin untuk tidak meninggalkannya apapun yang
terjadi, yang dibalas oleh anggukan kepala.
Joon-sang menelepon ponsel Yoo-jin dan mengajaknya bertemu untuk memberi
penjelasan. Namun Yoo-jin menolak dan mengatakan bahwa Min-hyeong
bukanlah Joon-sang karena sifat keduanya bagai langit dan bumi. Setelah
menutup telepon, Yoo-jin berubah pikiran dan berusaha menemui pria yang
dikenalnya sebagai Min-hyeong. Sang ibu berusaha mencegah, dan jatuh
pingsan.
Untuk berusaha mengingat masa lalunya, Joon-sang kembali ke sekolahnya
di Chuan Chun dan mengelilingi halaman yang kosong. Pada saat bersamaan,
Yoo-jin juga berada disana namun berada di ruang radio.
Saat itu, Joon-sang berada di ruang piano yang kosong dan memainkan lagu
The First Time. Ia berhenti saat mendengar pembacaan puisi yang
disiarkan lewat radio sekolah, dimana pada saat bersamaan Yoo-jin
meneteskan air mata. Meski berada di tempat yang sama, keduanya selalu
berselisih jalan sehingga tidak bertemu.
Di Marcian, Joon-sang memberitahu seniornya kalau ia berencana untuk
kembali ke Amerika dan meminta sahabatnya tersebut mengurus proyek ski
es yang sebentar lagi rampung. Ia sadar, akan lebih baik bila
identitasnya sebagai Min-hyeong dipertahankan. Sebelum berpisah,
Joon-sang meminta waktu untuk bertemu Sang-hyuk.
saat bertemu saingannya tersebut, Joon-sang memberitahu kalau ia tidak
akan mengganggu Yoo-jin dan meminta Sang-hyuk untuk menjaga gadis itu
mengingat dirinya tidak akan kembali ke Korea lagi. Keduanya berpisah
sambil berjabatan tangan bagai seorang sahabat.
Perpisahan berikutnya adalah dengan Chae-lim, namun saat mendatangi
salonnya, Joon-sang malah bertemu dengan Yoo-jin yang sedang mencoba
gaun pengantin. Saking terburu-buru, sepatu berhak Yoo-jin lepas, dan
Joon-sang membantu memasangkan, persis seperti kejadian 10 tahun silam
saat memanjat tembok sekolah yang tidak diingatnya namun selalu lekat di
hati Yoo-jin.
Untuk terakhir kalinya, Joon-sang menanyakan Yoo-jin seputar cintanya
pada Min-hyeong yang hanya didasarkan oleh kemiripan wajah dengan pacar
lamanya tersebut. Yoo-jin menyatakan bahwa cintanya terhadap Joon-sang
dan Min-hyeong sama besar. Obrolan mereka terputus oleh munculnya
Jin-suk.
Ayah Sang-hyuk datang mengunjungi ibu Yoo-jin yang kabarnya dalam
kondisi kurang sehat. Saat diantar keluar oleh Yoo-jin, pria setengah
baya tersebut mengatakan bahwa perasaannya menyebutkan bahwa Min-hyeong
dan Joon-sang adalah orang yang sama. Ia juga menanyakan apakah Yoo-jin
sempat mendatangi pemakaman Joon-sang. Ucapan tersebut membuat gadis itu
semakin bingung.
Episode 16:
Di kantor, Yoo-jin diberitahu seniornya bahwa Min-hyeong akan pergi ke
Amerika, dan menitipkan sesuatu untuknya. Saat dibuka, isinya ternyata
CD berisi lagu The First Time dan secarik kertas.
Didalamnya, Min-hyeong menyatakan permohonan maafnya karena tidak mampu
memainkan lagu tersebut seperti yang pernah dilakukan Joon-sang.
Mendadak Yoo-jin teringat sesuatu, dirinya tidak pernah memberitahu
siapapun soal hadiah pemberian Joon-sang. Ia langsung berlari dan
mencegat taksi menuju airport, ia sadar bahwa Min-hyeong adalah
Joon-sang.
Di bandara, Yoo-jin dengan penuh kepanikan mencari sosok Joon-sang, yang
akhirnya ditemukannya saat pria itu baru memasangkan sepatu ke kaki
seorang anak perempuan. Gadis itu langsung memanggilnya dengan nama
Joon-sang, sambil meminta maaf karena tidak mengenalinya sejak awal.
Joon-sang akhirnya tidak jadi pergi ke Amerika, dan menghabiskan
waktunya di kamar hotel mengobrol dengan Yoo-jin. Pria itu meminta maaf
karena meski namanya Joon-sang, namun ia tidak mengingat sedikitpun masa
lalunya. Yoo-jin menceritakan tentang sarung tangan, permainan piano,
bolos, sepeda, sampai berpegangan tangan, namun tidak satupun yang bisa
diingat Joon-sang.
Saat Yoo-jin tertidur, Joon-sang menelepon Sang-hyuk dan memintanya
menjemput gadis itu keesokan harinya. Pria itu meninggalkan kertas
berisi pesan bahwa dirinya berterima kasih karena Yoo-jin selalu
menyimpan kenangan terhadap Joon-sang, yang sayangnya tidak mampu ia
ingat. Saat bangun dan menemukan surat itu, Yoo-jin berlari mencari
Joon-sang meski sudah dicegah Sang-hyuk.
Yoo-jin menyusul Joon-sang yang berada di seberang jalan, tanpa melihat
ada truk yang melintas. Secara refleks, Joon-sang langsung mendorong
Yoo-jin, dan untuk kedua kalinya ia tertabrak. Di rumah sakit, Chae-lim
dengan berang memarahi Yoo-jin yang dianggap sebagai penyebab Min-hyeong
celaka.
Merasa bersalah, Yoo-jin memutuskan berada di rumah sakit merawat
Joon-sang sampai pria itu sadar. Sang-hyuk membawakan makanan, dan
mengatakan bahwa bila Yoo-jin ingin merawat Joon-sang, maka ia harus
punya banyak enerji. Dikamar, Yoo-jin menyatakan pada Joon-sang yang
tidak sadar bahwa ia tidak akan meninggalkan pria itu lagi.
Malamnya, kondisi Joon-sang memburuk sehingga Yoo-jin semakin panik.
Diluar ruangan, ia terus berdoa bagi keselamatan kekasihnya tersebut. Ia
juga terus menunggu di sisi tempat tidur sepanjang malam.
Joon-sang mulai sadar, dan memegang wajah Yoo-jin yang berada didekatnya
sambil memanggil namanya. Pria itu menceritakan kalau dirinya ingat
saat pertama kali mengenal Yoo-jin, kepala gadis itu bersandar dibahunya
saat tertidur. Mendengar hal itu, Yoo-jin sadar kalau sebagian ingatan
Joon-sang sudah kembali.
Yoo-jin memutuskan untuk pulang dan mengepak barang-barangnya. Saat
bertemu Jin-suk, ia memberitahu kalau ingatan Joon-sang sudah mulai
pulih. Berita tersebut didengar Sang-hyuk, yang langsung menuju rumah
sakit dan menemukan kasur Joon-sang sudah kosong. Suster rumah sakit
membenarkan bahwa ingatan Joon-sang sudah kembali.
Keesokan harinya, Sang-hyuk mengajak Yoo-jin minum kopi sambil
menyatakan dirinya siap melepas gadis yang dicintainya sejak dulu itu.
Sambil bercanda ia mengatakan bahwa dirinya melakukan hal yang
berkebalikan dengan Joon-sang yang berusaha mengingat yaitu melupakan.
Dengan hati yang hancur-lebur, Sang-hyuk berjalan tidak tentu arah di
tengah jalanan yang ramai sambil mengingat masa-masa indahnya bersama
Yoo-jin. Ia juga memberitahu kedua orangtuanya bahwa pernikahan mereka
dibatalkan, dan menolak memberi penjelasan lebih lanjut.
Hidup mulai berjalan kembali seperti normal, Joon-sang yang telah sembuh
diijinkan meninggalkan rumah sakit. Ia memutuskan untuk pindah ke
sebuah apartemen, dan berusaha menata tempat tersebut bersama Yoo-jin.
Akankah keadaan harmonis ini bertahan lama, mengingat Joon-sang mulai
bisa mengingat alasan dirinya meninggalkan Yoo-jin 10 tahun silam?
Episode 17:
Keesokan harinya, Joon-sang mengajak Yoo-jin menjadi pemandu untuk
mendapatkan ingatannya kembali. Mereka mulai merekonstruksi ulang semua
adegan yang pernah dilalui bersama, mulai saat duduk berdua di bis,
memanjat tembok sekolah, bermain voli, sampai duduk di kursi di tepi
danau.
Yoo-jin menceritakan saat keduanya membuat boneka salju yang saling
berciuman, Joon-sang sadar bahwa setelah itu, ia juga mencium gadis itu
namun kejadian tersebut tidak dapat diingatnya. Yoo-jin lalu mengajaknya
ke dermaga, dan mengatakan bahwa membuat masa depan yang lebih baik
jauh lebih penting daripada menggali kenangan di masa lalu.
Saat melihat seorang anak kecil, Joon-sang mendadak teringat dengan
sarung tangan yang pernah diberikan Yoo-jin 10 tahun silam. Ia langsung
menelepon sang ibu untuk memastikan barang-barang masa lalunya masih
tersimpan rapi, dan mengajak Yoo-jin ke rumah lamanya untuk
mengembalikan sarung tangan tersebut.
Malamnya, mereka mengunjungi tempat dimana Yoo-jin menunggu Joon-sang
yang tidak kunjung datang satu dasawarsa silam. Saat gadis itu membeli
kopi, salju mulai turun dan satu-persatu ingatan Joon-sang mulai
kembali. Yoo-jin kaget melihat mata Joon-sang basah, pria itu telah
mengingat apa yang hendak diucapkannya saat itu : ia mencintai Yoo-jin.
Ibu Yoo-jin berinisiatif mengembalikan semua uang dan pemberian yang
diberikan oleh keluarga Sang-hyuk ke pria tersebut sambil meminta maaf
atas sikap anaknya. Saat keluar, ia berpapasan dengan Mi-hee. Ucapan
Sang-hyuk yang mengatakan bahwa ia adalah ibu Yoo-jin wanita yang saat
ini dipacari Joon-sang membuat Mi-hee kaget bukan main.
Yoo-jin mengundang para sahabat dekatnya untuk menghadiri pesta ulang
tahun Joon-sang. Join-suk mengabari berita tersebut kepada Lung-kok
lewat telepon di butik, namun Chae-lim yang kebetulan mendengar marah
dan menyuruhnya pulang.
Sang-hyuk sendiri mendengar kabar tersebut dari Lung-kok, dan memutuskan
untuk mendatangi apartemen Joon-sang. Suasana berlangsung kaku, dan ia
pulang lebih awal. Belakangan, Joon-sang mendatangi kantor Chae-lim
untuk meminta maaf karena telah dua kali menyakiti perasaannya.
Chae-lim masih belum bisa menerima kenyataan, dan memanggilnya dengan
nama Min-hyeong. Gadis itu berharap supaya pria itu kembali seperti
dulu, namun semua sudah tidak mungkin lagi. Chae-lim menyatakan kalau
dirinya lebih membutuhkan Min-hyeong daripada Joon-sang.
Paginya, Joon-sang mendapati fakta baru seputar alasannya datang ke
Chuan Chun sepuluh tahun silam yaitu mencari tahu siapa ayah kandungnya.
Sementara itu, ayah Sang-hyuk mendapat kenyataan bahwa Joon-sang adalah
anak dari Mi-hee. Ia langsung menelepon mantan sahabat dekatnya
tersebut karena kuatir Joon-sang adalah darah dagingnya juga, namun
telepon tersebut ditutup.
Saat turun, ia berpapasan dengan Joon-sang dan keduanya mengobrol di
kafe. Meski penasaran siapa ayah Joon-sang sesungguhnya, pria itu
memintanya bersabar karena pasti ada alasan kuat mengapa Mi-hee menolak
untuk bercerita lebih lanjut. Mi-hee sendiri saat itu mendatangi ibu
Yoo-jin dan memberitahu bahwa pacar sang gadis adalah anak kandungnya.
Saat sedang berjalan berdua, tanpa sadar Yoo-jin dan Joon-sang sampai ke
sebuah gereja dan menyaksikan pernikahan sepasang sejoli. Setelah sepi,
mereka mendekati altar dan Yoo-jin berlutut serta berdoa untuk
mengucapkan syukur karena bisa bersama Joon-sang. Ia meminta supaya pria
itu juga berdoa.
Joon-sang berlutut, dan dalam doanya mengatakan bahwa ia berharap bisa
menghabiskan sisa hidupnya bersama Yoo-jin yang sangat dicintainya
sampai rambutnya putih, dan bisa mempunyai anak-anak yang selalu
mengingatkannya pada gadis itu. Ucapan tersebut membuat mata Yoo-jin
berkaca-kaca, ia terharu oleh ketulusan ucapan Joon-sang.
Episode 18:
Di gereja, Joon-sang memegang kalung polaris yang diberikannya pada
Yoo-jin dan sambil menatap gadis itu dengan tatapan meluluhkan, ia
meminta supaya Yoo-jin mau menikahinya. Yoo-jin hanya bisa mengangguk,
dan di menit berikutnya, mereka berciuman.
Paginya, Joon-sang dan Yoo-jin berjalan dengan gembira menuju tempat ski
es sambil bergandengan tangan. Gadis itu berharap supaya musim dingin
itu berlangsung selamanya, karena ia takut akan kehilangan Joon-sang
lagi. Keduanya menghabiskan waktu dengan bermain salju, dan saat di bar,
Joon-sang memainkan lagu The First Time.
Joon-sang memutuskan untuk langsung melamar kekasihnya tersebut ke ibu
Yoo-jin, namun saat muncul di depan pintu, ia disambut dengan dingin.
Pria itu mulai merasa lamarannya ditolak, namun Yoo-jin menghibur dan
mengatakan bahwa ia akan berbicara dengan ibunya.
Dugaan Yoo-jin ternyata salah, ibunya tetap ngotot tidak
memperbolehkannya bersanding dengan Joon-sang. Wanita setengah baya
tersebut akhirnya menceritakan masa lalu yang sama sekali tidak diduga,
ayah Yoo-jin ternyata sempat berpacaran dengan Mi-hee namun belakangan
meninggalkannya dan menikah dengan ibu Yoo-jin.
Dalam keadaan yang semakin kacau tersebut, Joon-sang mendapat undangan
minum bersama dari Sang-hyuk. Mantan tunangan Yoo-jin tersebut
memberikan persetujuannya bila Joon-sang memutuskan untuk menikah,
bahkan menyarankannya supaya kawin lari sebagai penyelesaian masalah.
Yoo-jin mendatangi Joon-sang yang sedang termenung di tengah padang es,
namun saat ditegur ia kaget melihat pria itu meneteskan air mata.
Joon-sang berkilah kala hal itu terjadi karena ia sedang pilek, dan
langsung memeluk Yoo-jin dengan sangat erat.
Paginya, Joon-sang kembali mengajukan lamaran pada Yoo-jin, dan
mengatakan kalau dirinya tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk
menyuntingnya. Yoo-jin terkejut melihat kenekatan Joon-sang, dan meminta
waktu untuk berpikir. Dikamarnya, pria berkacamata tersebut mulai
mengingat tentang foto ibunya saat muda, dan alasan ia lari dari rumah
Yoo-jin sepuluh tahun silam.
Mendadak Yoo-jin muncul dan mengajaknya bicara sambil berjalan di tengah
padang es. Gadis itu menanyakan keseriusan Joon-sang untuk menikahinya,
dan menanyakan siapa saja yang akan menjadi saksi. Yoo-jin akhirnya
setuju menikahi Joon-sang, dengan saksinya mereka berdua sendiri.
Di tempat lain, Sang-hyuk secara tidak sengaja mendengar pembicaraan
ayahnya dengan seseorang di telepon, dan terkejut mendengar kemungkinan
besar Joon-sang dan Yoo-jin adalah saudara sedarah. Ia langsung berlari
meninggalkan rumah.
Sementara itu, Joon-sang mengenakan jas dan sedang mempersiapkan diri,
ia menunggu kehadiran Yoo-jin di depan altar gereja. Gadis yang
dicintainya itu muncul bagai bidadari dengan gaun pengantin yang
sederhana namun memancarkan pesona. Sambil menyaksikan Yoo-jin perlahan
mendekatinya, dalam hatinya Joon-sang memohon maaf pada Tuhan.
Sang-hyuk yang muncul terburu-buru tidak menemukan Yoo-jin, dan dari
seniornya diketahui kalau gadis itu siap melangsungkan pernikahan di
kapel. Sang-hyuk muncul tepat pada saat Joon-sang dan Yoo-jin saling
mengucapkan ikrar pernikahan, dan meminta supaya pernikahan tersebut
dibatalkan.
Episode 19:
Joon-sang mengajak Yoo-jin berjalan-jalan di tepi pantai, dan menetapkan
bahwa itulah kali pertama dan terakhir mereka disana karena pria itu
sudah memutuskan untuk meninggalkan wanita yang sangat dicintainya
tersebut. Di pesisir, Yoo-jin mengumpulkan kepingan uang logam.
Joon-sang meminta Yoo-jin untuk mengumpulkan lebih banyak lagi sehingga
mereka bisa membeli perahu layar untuk berlayar ke tempat yang jauh.
Mereka meneruskan langkah ke sebuah toko, dimana Yoo-jin meminta
Joon-sang untuk menunggu diluar. Saat sendirian, pria itu menelepon
Sang-hyuk dan memintanya untuk menghancurkan fotonya dan Yoo-jin serta
menjemput gadis itu keesokan harinya.
Ternyata Yoo-jin membeli sebuah kamera sekali pakai dan sebuah koin
khusus. Malamnya, mereka berdua menginap di satu kamar karena tidak ada
kamar tersisa. Saat Yoo-jin terlelap, Joon-sang mengusap wajah dan
rambutnya dan hendak memberikan ciuman, namun pria itu urung
melakukannya dan keluar dari kamar.
Paginya, mereka meneruskan kebersamaan dengan berbelanja bersama.
Keduanya sempatterpisah karena Yoo-jin menolong seorang wanita tua, dan
saat bertemu, tanpa sadar Joon-sang memarahinya. Saat duduk di pinggir
laut, Yoo-jin memberi tahu kalau kalung polarisnya rusak, dan Joon-sang
memintanya dengan alasan akan diperbaiki.
Malamnya, Joon-sang meminta maaf karena membentak Yo-jin, namun gadis
itu berpura-pura marah dan meminta Joon-sang menebus kesalahannya
tersebut sambil bertanya apa yang akan mereka lakukan keesokan harinya.
Joon-sang mengalihkan pembicaraan dan menasehati beberapa hal pada
Yoo-jin. Karena tidak tahan, Joon-sang meneteskan air mata dan keluar
disertai pandangan heran Yoo-jin.
Malamnya saat Yoo-jin telah terlelap, Joon-sang masuk dan sambil
mengucapkan maaf, mencium pipi gadis itu dan keluar lagi. Sendirian, ia
berjalan ke tepi pantai dan melempar koin khusus, kamera, dan kalung
polaris ke laut. Pria itu tidak tahan lagi, dan akhirnya menangis
ditemani angin malam.
Saat bangun pagi harinya, Yoo-jin tidak menemukan Joon-sang dan saat
keluar kamar, Sang-hyuk telah menunggu sambil memberitahu kalau pria
berkacamata tersebut telah pergi karena tidak ingin menyakiti hati
ibunya. Yoo-jin yang tidak percaya berusaha mencari Joon-sang, namun
Sang-hyuk menghentikan langkahnya.
Keesokan harinya, Yoo-jin mendatangi Joon-sang dikantornya untuk
menanyakan kebenaran berita bahwa mereka kakak-beradik. Meski berusaha
bersikap kasar, Joon-sang yang tidak tega akhirnya mengakui kebenaran
berita itu. Yoo-jin langsung lemas dan ambruk dilantai, namun saat
hendak ditolong Joon-sang, ia menolak.
Saat tiba dirumah, Joon-sang telah dinanti kehadirannya oleh Mi-hee.
Mendadak, pria itu merasa pusing sehingga ibunya harus membantu untuk
mengistirahatkannya ditempat tidur. Joon-sang meminta agar sang ibu
tidak mengganggunya.
Penyakit Joon-sang semakin menjadi-jadi, saat ayah Sang-hyuk berkunjung
keapartemennya, wajahnya terlihat sangat pucat dan mendadak pingsan.
Pria setengah baya itu langsung membawa Joon-sang ke rumah sakit,
sekaligus memberikan contoh darahnya untuk tes.
Berita Joon-sang masuk rumah sakit terdengar oleh Sang-hyuk dan Chae-lim
yang mengunjunginya, dan disitu Chae-lim tahu bahwa alasan tidak
hadirnya Yoo-jin adalah karena keduanya bersaudara. Saat sembuh,
Joon-sang diantar pulang oleh gadis itu yang akhirnya mengakui,
Min-hyeong yang dikenalnya selama ini adalah Joon-sang.
Kejadian beruntun yang menimpanya membuat Yoo-jin memutuskan untuk
mundur dari pekerjaannya, ia meminta Sang-hyuk menolongnya menghubungi
Joon-sang yang terus menghindar. Saat keluar dari Polaris, ia menenteng
maket rumah yang didesainnya sendiri, tanpa sadar kalau Joon-sang
mengikutinya dari belakang.
Di taman, ia memberikan maket tersebut kepada seorang anak kecil sambil
mengatakan bahwa rumah impiannya sudah terpatri didalam hati. Saat
hendak beranjak pergi, Joon-sang telah berada didepannya.
Saat ngobrol berdua, Joon-sang menyampaikan permintaan maafnya pada
Yoo-jin. Di kesempatan tersebut, Yoo-jin mengatakan bahwa dirinya akan
selalu mencintai Joon-sang sampai masa yang akan datang, dan ia tidak
merasa malu akan cinta yang telah dirasakannya selama ini. Sebelum
berpisah, Yoo-jin memberikan maket rumah rancangannya sebagai tanda
mata.
Episode 20:
Pihak rumah sakit menghubungi ayah Sang-hyuk untuk memberitahu hasil tes
darah yang dilakukannya, dan menyimpulkan bahwa pria itu adalah ayah
kandung Joon-sang. Belakangan, Mi-hee akhirnya mengakui kebenaran yang
telah lama ditutupinya tersebut.
Saat dikantor, Joon-sang pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Saat sadar,
ia diberitahu kalau ada penggumpalan darah di bagian otak dan harus
dioperasi kalau tidak ingin akibatnya fatal. Saat pulang ke apartemen,
pria berkacamata tersebut telah ditunggu oleh ayah Sang-hyuk, yang
menyampaikan berita bahwa dia adalah ayah Joon-sang.
Terkejut mendengar pengakuan tersebut, Joon-sang langsung mendatangi
ibunya yang telah membuat dirinya dan Yoo-jin menderita. Dengan
bercucuran air mata, Mi-hee meminta maaf dan memberi tahu alasannya
berbohong, yaitu karena ia ingin sekali membesarkan Joon-sang sebagai
anak ayah Yoo-jin.
Di tempat lain, Yoo-jin telah mengukuhkan niatnya untuk pergi ke
Perancis. Di apartemennya, Sang-hyuk meminta supaya hubungan mereka bisa
kembali seperti sebelumnya, yang ditolak dengan halus oleh Yoo-jin.
Adegan ini terlihat oleh Joon-sang, yang kemudian mengurungkan niatnya
bertemu Yoo-jin.
Sang-hyuk mengutarakan niatnya kepada sang ayah untuk bisa kembali
bersama Yoo-jin, namun ia malah mendapati kenyataan kalau dirinya
memiliki hubungan darah dengan Joon-sang. Pria itu langsung mendatangi
kantor Joon-sang dan memintanya untuk mengembalikan masa-masa indah
bersama Yoo-jin. Joon-sang sadar kalau Sang-hyuk telah mengetahui
segalanya.
Saat tiba di kantornya, pandangan Joon-sang yang sedang memperhatikan
maket rumah idaman Yoo-jin mendadak kabur. Sadar kalau penglihatannya
akan menurun drastis dan tidak memiliki banyak waktu, ia menyelesaikan
cetak biru rumah tersebut dalam waktu semalam.
Paginya, ia menelepon Yoo-jin untuk memberitahu rencana keberangkatan ke
Amerika. Pria berkacamata tersebut sempat meminta Yoo-jin untuk kembali
dengan Sang-hyuk, namun ditolak. Malamnya, Joon-sang meminta supaya
Yoo-jin tidak mengantarnya ke bandara, mengingatkannya untuk menjaga
kesehatan, dan menjadikan memori di pinggir pantai sebagai kebersamaan
mereka yang terakhir.
Yoo-jin sangat sedih mendengar ucapan Joon-sang, dan sempat menarik
lengan pria itu sebelum kemudian dilepaskan lagi. Sebelum pergi,
Joon-sang meminta Sang-hyuk untuk menjaga gadis itu. Belakangan,
Sang-hyuk baru sadar kalau kepergian ‘kakak’nya ke Amerika tersebut
adalah untuk operasi otak dan ada kemungkinan tidak bisa bertahan hidup.
Kabar tersebut membuat Sang-hyuk merasa bersalah, ia mendatangi rumah
Yoo-jin dan memberitahu kebenaran bahwa Joon-sang tidak memiliki
hubungan darah dengan gadis itu, dan pria berkacamata tersebut menderita
penyakit yang mungkin mematikan. Keduanya langsung menyusul ke bandara,
namun Joon-sang keburu berangkat.
Yoo-jin memutuskan untuk berangkat ke Paris untuk belajar, dan sebelum
pergi, Sang-hyuk memberinya sebuah tiket dengan tujuan ke New York
dengan harapan gadis itu mengunjungi Joon-sang. Tiket tersebut
diterimanya, namun saat berangkat, Yoo-jin meletakkannya di bangku
bandara.
Tak terasa, tiga tahun telah berlalu. Di musim semi, Yoo-jin kembali
dari Perancis dan berkumpul dengan Sang-hyuk, Chae-lim, serta Yong-kuk
dan Jin-suk yang sudah menikah. Ia memutuskan untuk kembali ketempat
bekerjanya yang lama, namun sesampai disana, ia ditunjukkan artikel
tentang sebuah rumah yang sama persis seperti rumah impian yang
dirancangnya tiga tahun silam.
Yoo-jin memutuskan untuk melihat-lihat rumah yang terletak disebuah
pulau tersebut. Rumah itu ternyata milik Joon-sang, yang kini telah buta
setelah menjalani operasi. Pria itu sedang menelusuri rumahnya dengan
cara meraba, dan tapa sengaja menjatuhkan satu keping puzzle. Meski
berusaha memasangnya kembali, Joon-sang tidak dapat menemukan kepingan
yang tercecer itu.
Yoo-jin tiba di rumah besar yang saat itu kosong, dan melihat-lihat
sekeliling. Ia menemukan puzzle yang dijatuhkan Joon-sang, dan
memasangnya. Ia teringat dengan kejadian yang sama saat Joon-sang masih
menggunakan nama Man-hyeong. Dari belakang, mendadak terdengar suara
Joon-sang yang bertanya “Siapa disana?”
Yoo-jin langsung membalikkan badan mendengar suara yang sudah sangat
dikenalnya tersebut, ia tidak mampu berkata-kata dan mulai meneteskan
air mata, seolah tidak percaya dengan apa yang ada dihadapannya.
Joon-sang memanggil sekali lagi, namun tenggorokan Yoo-jin tercekat
sehingga ia tidak bisa mengeluarkan suara saking terharunya.
Joon-sang sendiri, walau tidak melihat, merasa kalau sosok didepannya
sudah tidak asing lagi. Ia langsung memanggil nama Yoo-jin, yang dibalas
oleh gadis itu. Setelah 13 tahun diterpa berbagai badai hebat, cinta
Joon-sang dan Yoo-jin akhirnya bisa bersatu………..
TAMAT